Menurut studi terbaru, wanita memiliki risiko 40 persen lebih tinggi untuk mengalami depresi selama periode perimenopause mereka. Perimenopause merupakan masa transisi sebelum wanita memasuki masa menopause yang ditandai dengan penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh.
Dalam studi yang melibatkan ribuan wanita, para peneliti menemukan bahwa gejala depresi seringkali muncul selama periode perimenopause, seperti perasaan sedih yang mendalam, kelelahan yang berkepanjangan, dan kehilangan minat dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Hal ini dapat memberikan dampak negatif pada kesejahteraan mental dan fisik wanita yang sedang mengalami perubahan hormon tersebut.
Menurut para ahli, peningkatan risiko depresi selama perimenopause dapat disebabkan oleh fluktuasi hormon yang dapat memengaruhi keseimbangan kimia otak. Selain itu, perubahan fisik dan emosional yang dialami selama masa transisi ini juga dapat memicu munculnya gejala depresi.
Untuk mengatasi risiko depresi selama periode perimenopause, para ahli menyarankan wanita untuk menjaga pola makan yang sehat, rutin berolahraga, dan mengelola stres dengan baik. Selain itu, konsultasi dengan dokter atau psikolog juga dapat membantu dalam mengatasi gejala depresi yang muncul.
Dengan meningkatnya kesadaran akan risiko depresi selama periode perimenopause, diharapkan wanita dapat lebih memperhatikan kesehatan mental mereka dan mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan. Dengan demikian, mereka dapat melewati masa transisi ini dengan lebih baik dan menjaga kesejahteraan secara keseluruhan.